Sumber: Riau Pos, 21 Oktober 2007
kita kemasi cinta yang jatuh
aku menemukanmu terjatuh dari jembatan dengan luka airmata di sekujur tubuhmu yang ranum membangkitkan gelora jantanku untuk memburu berahi bukan hingga kutemukan lagi sepasang kunangkunang malam untuk melepas deru dendam pada bulan saat bintangbintang mampir di sebuah kuburan memetik bulan dari cecabang kamboja rindang
hei, ada cinta yang kau payungi karena kehujanan kebasahan seluruh rindu yang belum selesai kita bingkai kau lepaskan saja singletmu yang bertuliskan namaku lalu sembunyikan dalam brankas agar terhindar dari debu cemburu tersebab cinta ini telah usai menemukanmu.
pku\10\’07
cinta: batubatu bisu
duhai puisi, dengarlah, aku akan pergi sebentar menanggalkan setumpuk renjana yang bergelora dari file yang tersimpan di benak ini sejak aku merasa terbuang karena sembunyikan selembar cintamu dari ruap rindu yang buncah
dan akan kutinggalkan kesetiaan untuk mencari makna amarah yang padam karena engkau terus menghalangi kumasuki lembah, menikam labirin sambil memandang cahaya bulan yang disensor aroma hujan
langit melukis senja dari rona matahari bintangbintang mati sepasang bulan pergi merasuki dendam dari amarahmu yang terus membatu jelma ruangruang sempit menghimpit nasib yang semakin buncit
pku\09\’07\
demam hujan puisi
bulirbulir hujan datang selepas petang sambil membawa kompang dan jembalang untuk menuai badai karena cemburu melepas lentera di sebuah ranjang katakata yang muram yang dipenuhi angin putingbeliung mengitari resah lalu melukis sabit di separuh lehermu yang jenjang.
pku\10\’07\
ada yang terhimpun di bola matamu
ada yang terhimpun di bola matamu sebentuk dendam sekeranjang asmara dari amuk kubur batu yang dinyalakan bara cinta sejak musim gugur jatuh di ujung rambut mungkin karena kau hirup bunga asmara yang datang mengabadikan warna bunga pada segelas anggur di bawah lampu berkedipkedip
maka bebaskanlah ingatan yang kau pasang di kepala agar cumbu rayu kita terbang bersama angin menembus lintas batas ruang dan waktu di ruap tubuhmu yang peka hingga kita mampu bersamasama alirkan keinginan sampai kedasa penguasa berkelindan menghadap pencipta karena kita sedang membangun selaput asmara
pku\10\’07\
kesucian
aku nyatakan bahwa suci itu benar-benar murni dari ramadhan yang datang secepat gemuruh akupun singgah di simpang kebimbangan meninggalkan noktah pada seratus kisah dalam dongeng untuk membuka lagi lembaran baru dengan sejuta makna dari kitabkitab abadi juga dari mantera yang bergumam setiap mimpi
ini minggu ke tiga dari bulan yang ganjil mengalirlah kalimat paling taubat sejak pagi menunggu ampunan turun di bumi dan membawa sekeranjang dosa itu untuk ditukar dengan sekantong doa karena telah lama hanya ada mantera tak bermakna yang menemani sepanjang senja juga lelah usia yang semakin renta
pku\’07\ |