Rabu, 03 Oktober 2007 |
Sajak-sajak Syaiful Bahri [Kesunyian] |
Sumber: Riau Mandiri, 16 september 2007
kesunyian [iii]
seperti dalam angkaangka yang selalu tegas mengartikan makna entah seberapa kata bermain dalam penyesalan yang pernah kau sentuh lalu kau memohon untuk sebuah kejujuran yang tiada pernah cukup tidakkah kau sadar betapa kesunyian bukanlah seseorang yang engkau ingin maka janganlah mecipta sesal dari kesalahan yang selalu mendera
malam itu sesosok bayangbayang pertegas sejuta najis meraut cahaya dalam ikatan senja selepas guguran musim semi paling amis dan tidakkah semua ini hanya sementara lihatlah pagi itu kau telan waktu sebulat bulan gemeretak sunyi lepas dari detikdetik usia meninggalkan separuh musim yang lamban
“hei, ke mana arah akan diam dalam lupa”
lalu kisah sentimentil terperosok dari kepalamu berguguranlah ke ujungujung rambut dari akarakar tumbuh dan melukis daundaun entah mengering dulu “ciptakanlah sebuah nada dari bunyi serta sunyi batubatu yang salah”
jakarta, 2007
kesunyian [iv]
berdiri di sini adalah menantimu datang atau menyambut lamatlamat bisikanmu hadir karena engkau selalu saja memberikan kesunyian dan aku acapkali menyimpannya dalam saku kerinduan membiarkan semua ini berjalan dari pastel ungu dari selimut awan setebal angan
percakapan itu selalu saja terjadi saat harapan hampir karam lewat setengah malam atau ketika fajar mengintip malumalu dan kita merangkai menara sunyi dari sisa rasa dalam sepi di puncaknya adalah peluh kita yang mengalir mungkin nanti akan menjadi langit atau suara tangis dari rahim kalimat seorang musafir
kukenang juga aroma cintamu memberikan kekuatan paling abadi bertubitubi mencambuk keinginan bertemu karena kesunyian terus saja menghantui
“inikah gedunggedung pencakar sunyi dari menara paling sepi yang telah mengeras?”
hei, jawablah waktu, jangan kau sembunyi menghindar dari kenyataan paling pahit dari sebuah kepasrahan yang tiada arti telah begitu banyak cara tertempuh untuk mencari jawaban atas kesunyian ini maka aku mohon dengan perasaan paling sepi: jawablah kesunyian
jakarta, 2007
kesunyian [v]
aku melukis mimpi dari cahaya matahari di sepanjang senja yang membelah jarak ini serta kisah sepi paling abadi pun pada separuh rusuk ini telah hilang kau bawa pergi dari tubuhtubuh penuh arti
barangkali kesunyian ini adalah cadangan cinta dari sisa musim semi dan separuh katakata dengan makna sunyi telah terucap lewat alunan dawai nadi yang jatuh dalam perjalanan terhenti di stasiun kesunyian semua itu hampir sepi
(karena kesunyian adalah dendam paling nyeri)
jakarta, 2007 |
posted by Komunitas Riak Siak @ 00.31  |
|
|
|
"riak siak riak kata/ mengalir ke muara karya/ imaji sedalam-dalamnya/ tak surut dilekang usia" |
Logo |

|
Tentang Riak Siak |
|
Menu |
|
Pelabuhan |
|
Dermaga Deklarator |
|
Pesan Tamu |
|
Detak Siak |
|
Penunggu Sungai |
|
***** |
template design by isnaini.com
 |
content design by negeribadri
| |